PENDAHULUAN
1.1. Latar Belakang
Bumi masa kini mengalami kondisi memprihatinkan. Kondisi
memprihatinkan tersebut disebabkan oleh beberapa faktor, salah satunya rusaknya
lapisan ozon. Kerusakan ini mengakibatkan berkurangnya efektivitas ozon
dalam melindungi bumi dari pancaran sinar ultraviolet (UV) secara langsung.
Sinar UV dalam
batasan tertentu sangat bermanfaat bagi proses fotosintesis tumbuhan dan
merubah provitamin D menjadi vitamin D untuk pembentukan tulang dalam tubuh.
Akan tetapi, pancaran sinar UV yang tidak terkontrol atau melebihi batasan
tertentu dapat memberi dampak buruk bagi kesehatan, khususnya kulit, seperti
penyakit kanker kulit yang menyerang sebagian besar masyarakat dunia.
Dalam
menanggulangi masalah ini mayoritas masyarakat, khususnya wanita, melakukan
perlindungan dengan pemakaian krim tabis surya. Seperti yang kita ketahui bahwa
trend penggunaan sunscreen semakin marak di kalangan masyarakat masa kini,
terutama di perkotaan. Akan tetapi, sebagian masyarakat pula mengeluhkan efek
samping zat kimia dari penggunaan krim tersebut. Oleh karena itu banyak
dilakukan percobaan untuk menemukan inovasi sunscreen terbaru yang
menggunakan bahan dasar alami agar lebih aman.
Penggunaanekstrak
biji Xylocarpus sp. sebagai bahan dasar pembuatan sunscreen akan memiliki nilai
lebih. Pemanfaatan ini akan mengurangi efek timbulnya iritasi pada kulit akinat
penggunaan sunsvreen yang berbahan dasar kimia. Biji Xylocarpus juga merupakan
bahan yang ekonomis, selain itu mmemiliki SPF 15-22 yang telahmemenuhi standar
yang di tetapkan.
Berdasarkan
paparan diatas maka di perlukan percobaan untuk mengetahui efektivitas
penggunaan ekstrak biji Xylocarpus grantum sebagai bahan dasar pembuatan sunscreen.
Maka penulis merealisasikannya dengan membuat karya tulis berjudul ”Pemanfaatan
Ektrak Biji Xylocarpus garntumm Sebagai Bahan Dasar Pembuatan Sunscreen”.
1.2.
Identifikasi
Masalah
Berdasarkan
latar belakang tersebut maka dapat diidentifikasi masalah sebagai berikut :
1. Bagaimanakah kualitas SPF pada
ekstrak biji Xylocarpus grantum?
2. Bagaimanakah pembuatan sunscreen?
3. Adakah efek dari penggunaan ekstrak
biji Xylocarpus grantum sebagai bahan dasar pembuatan sunscreen?
1.3.
Rumusan Masalah
Bagaimana efektivitas penggunaan
ekstrak biji Xylocrpus grantum sebagai bahan dasar sunscreen?
1.4.
Batasan Masalah
Melihat
ruang lingkup dari masalah yang ingin di teliti terlalu luas, penulis membatasi
karya tulis pada penggunaan bahan dasar biji mangrove spesies
Xylocarpus grantum.
1.5.
Tujuan
Penulisan
1.
Untuk
mengetahui kadar SPF pada biji Xylocarpus grantum
2.
Untuk
mengetahui efektivitas penggunaan ekstrak biji sebagai bahan dasar sunscreen
1.6.
Manfaat
Penulisan
1.6.1. Manfaat Untuk
Pribadi :
Menambah
wawasan dan pengalaman terhadap penelitian bagi peneliti. Mengembangkan gagasan
atau ide berdasarkan sikap ilmiah.
1.6.2. Manfaat Untuk
Masyarakat :
Pembaca dapat
memilih alternatif penggunaan sunscreen berbahan mangrove untuk menghindari
kemungkinan-kemungkinan timbulnya efek samping.
1.6.3. Manfaat untuk
Lembaga :
Meminimalisir
penggunaan bahan kimia sebagai bahan dasar pembuatan sunscreen. Dan Menghemat
biaya produksi mengingat buah Xylocarpus yang ekonomis.
KAJIAN PUSTAKA
2.1.
Tinjauan
Tentang Sunscreen
2.1.1. Sinar
Ultraviolet (UV)
Sinar
ultraviolet (UV) diketahui merupakan salah satu sinar dengan daya radiasi yang
dapat bersifat letal bagi mikroorganisme. Sinar UV mempunyai panjang gelombang
mulai 4 nm hingga 400 nm dengan efisiensi tertinggi untuk pengendalian
mikroorganisme adalah pada 365 nm. Karena mempunyai efek letal terhadal sel-sel
mikroorganisme, maka radiasi UV sering digunakan di tempat-tempat yang menuntut
kondisi aseptik seperti laboratorium, ruang operasi rumah sakit dan ruang
produksi industri makanan dan minuman, serta farmasi. Salah satu
sifat sinar ultra violet adalah daya penetrasi yang sangat rendah. Selapis kaca
tipis pun sudah mampu menahan sebagian besar sinar UV. Sinar UV juga
bisa membuat kulit tidak mulus karena menebal atau menipis. Bisa juga muncul
benjolan-benjolan kecil yang ukurannya bervariasi. Benjolan-benjolan atau flek
pada kulit bisa berkembang menjadi tumor jinak bahkan kanker kulit. Khususnya
pada orang yang banyak bekerja di bawah terik matahari atau sering berjemur di
pantai. Tidak heran bila bintik awal kanker kulit timbul di bagian tubuh yang
terbuka seperti wajah, kepala, tangan dan bagian yang banyak terpapar sinar
matahari.
Sinar UV terdiri dari 3 komponen, yaitu
UV A, UV B, dan UV C.
a.
UV A
Sinar UVA (panjang
gelombang antara 315 – 400 nm) mampu lebih dalam menembus kulit dan
memiliki jangka waktu yang lebih lama untuk menimbulkan kerusakan pada kulit,
seperti kerutan, dan gejala-gejala penuaan dini. Sinar UVA ini akan membuat
kulit menjadi hitam (tanning).
b.
UV B
Sinar UVB (panjang gelombang 280
nm) hanya 0.2 % dari sinar matahari total. Paparan sekitar 15 menit/hari dari
sinar UVB ini sebenarnya sangat penting untuk memicu pembentukan vitamin D3
(salah satu komponen Vitamin D) dari provitaminnya. UVB sebenarnya juga mampu
melindungi kulit terhadap pembakaran lebih lanjut dengan cara menebalkan
lapisan tanduk pada kulit. Namun, eksposisi (paparan) sinar UVB yang terlalu
lama dan terlalu sering bisa menyebabkan menyebabkan kulit terbakar yang dapat
meningkatkan kemungkinan terjadinya kanker kulit akibat penekanan imunitas
seluler kulit.
c.
UV C
Sinar UVC (panjang gelombang 100
nm) sebenarnya amat berbahaya dan sangat merusak kulit, tetapi sinar ini
ditahan oleh lapisan ozon. Kebocoran lapisan ozon (O3) menyebabkan beberapa
(sebagian kecil) sinar ini masuk ke bumi. Tak heran mengapa akhir-akhir ini
sinar matahari terasa begitu menyengat dan membakar kulit.
2.1.2. Sunscreen
Sinar
ultraviolet memang bermanfaat bagi kehidupan. Namun apabila kulit terlalu lama
terkena pancaran sinar tersebut dapat menyebabkan kulit terbakar bahkan kanker.
Kita dapat melindungi kulit dengan mengenakan pakaian pelindung untuk
menghindari sinar ultraviolet dari pancaran matahari yang terik. Sebenarnya
perlindungan dengan cara tersebut kurang efektif, karena sinar ultraviolet
masih bisa terserap oleh kulit dan membahayakan. Namun, sesuai dengan perubahan
jaman ada cara lain yang lebih efektif untuk melindungi kulit, yaitu dengan
penggunaan tabir surya dikenal juga dengan istilah sunscreen yang mengandung UV
protection.
Sunscreen lebih
efektif melindungi kulit dari paparan sinar UVB, dan sampai saat ini memang
lebih sedikit sunscreen yang memberikan perlindungan terhadap kulit akibat
paparan sinar UVA.
Dalam memilih sunscreen,
harus diperhatikan terlebih dahulu nilai Sun Protecting Factor (SPF)
yang terdapat dalam setiap produk tabir surya. Nilai tersebut menunjukkan
kekuatan tabir surya dalam melindungi kulit dari sengatan sinar UVB. Seberapa
lama kulit terlindungi oleh tabir surya sangat ditentukan oleh nilai SPF yang
tertera pada produk tersebut. Bila kulit tanpa tabir surya kulit akan memerah
dan terbakar dalam waktu 10 menit di bawah sinar matahari, disebut initial
burning time, maka pemilihan tabir surya didasarkan atas nilai SPF dikalikan
dengan 10 menit yang menunjukkan daya tahan tabir surya dalam melindungi kulit.
Misal, nilai
SPF adalah 15, berarti sunscreen tersebut dapat melindungi kulit selama 15 x 10
menit = 150 menit atau 2 hingga 2,5 jam dari sengatan sinar ultraviolet sebelum
kulit menjadi terbakar dan merah.
Dari penjelasan
di atas menunjukkan bahwa semakin tinggi nilai SPF, maka kulit semakin
terlindungi. Saat ini sudah banyak diproduksi tabir surya dengan nilai SPF
tinggi, 30 dan 50, yang berfungsi tidak hanya mencegah kulit merah dan
terbakar, tetapi juga mencegah kerusakan sel-sel DNA akibat sengatan sinar UV
.
2.2.
Uraian Tanaman
a)
Pengertian
Mangrove
Kata mangrove merupakan kombinasi antara bahasa Portugis mangue
dan bahasa Inggris grove (MacNae, 1968). Secara umum
hutan mangrove dapat didefinisikan sebagai suatu tipe ekosistem hutan yang
tumbuh di suatu daerah pasang surut (pantai, laguna, muara sungai) yang
tergenang pasang dan bebas pada saat air laut surut dan komunitas tumbuhannya
mempunyai toleransi terhadap garam (salinity) air laut.
Tumbuhan yang
hidup di ekosistem mangrove adalah tumbuhan yang bersifat halophyte, atau
mempunyai toleransi yang tinggi terhadap tingkat keasinan (salinity) air laut
dan pada umumnya bersifat alkalin.
Hutan mangrove
di Indonesia sering juga disebut hutan bakau. Tetapi istilah ini sebenarnya
kurang tepat karena bakau (rhizophora) adalah salah satu family tumbuhan
yang sering ditemukan dalam ekosistem hutan mangrove.
Flora ekosistem
hutan mangrove sangat bervariasi, tetapi pada umumnya adalah flora yang
bersifat halofit. Jenis-jenis tumbuhan yang hidup di hutan mangrove antara
lain adalah :
Meliaceae
atau mahoni, adalah tanaman berbunga dengan sebagian besar
keluarganya adalah pohon-pohon dan semak-semak (dan beberapa herba tanaman) dalam urutan Sapindales ,
They are
characterised by alternate, usually pinnate leaves without stipules, and by
syncarpous, apparently bisexual (but actually mostly cryptically unisexual) flowers borne in panicles, cymes, spikes, or clusters.Cirinya
daun menyirip tanpa stipula, biseksual, bunga ditanggung dalam malai, cymes, spike, atau cluster.Most
species are evergreen , but some are deciduous , either in the dry season or in winter. Kebanyakan spesies berganti daun pada musim kemarau atau musim dingin. Xylocarpus
is the only mangrove genus in family Meliaceae.Salah satu genus mangrove dalam
keluarga Meliaceae adalah Xylocarpus.
b)
Klasifikasi
tanaman Xylocarpus
Divisio
: Spermathophyta
Sub Divisio : Angiospermae
Classis
: Monocotyledonae
Ordo
: Sapindales
Familia
: Meliaceae
Genus
: Xylocarpus
Spesies
: Xylocarpus granatum
c)
Nama lain
BuahXylocarpus Granatum
Kira-Kira
d)
Pertelaan/deskripsi
Xylocarpus granatum
UMUM
|
|
Bentuk
|
pohon, tinggi
mencapai 8 m
|
Akar
|
Akar
pasak (pneumatophore). Akar pasak berupa akar yang muncul dari system akar
kabel dan memanjang keluar ke arah udara seperti pasak.
(http://onrizal.files.wordpress.com)
|
Tipe
Biji
|
biji
normal
|
Buah
|
buahnya
berbentuk bulat seperti bola dengan benih normal
|
DAUN
|
|
Susunan
|
majemuk,
berseling, anak daun biasanya terdiri dari 2 pasang
|
Bentuk
|
elips
sampai bulat telur sungsang
|
Ujung
|
membundar
|
Ukuran
|
panjang
7 - 12 cm
|
BUNGA
|
|
Rangkaian
|
8 - 20
bunga, anak bunga, panjang mencapai 6 cm, di ketiak daun
|
Mahkota
|
4, krem
sampai putih kehijauan
|
Kelopak
|
4 helai,
hijau kekuningan
|
Ukuran
|
diameter
1,0 -1,2 cm
|
Lainnya
|
bunga
berkelamin tunggal
|
BUAH
|
|
Ukuran
|
diameter
15 - 20 cm
|
Warna
|
coklat
kekuningan
|
Permukaan
|
kasar
|
Lainnya
|
berat 1
- 2 kg, bulat seperti melon, terdiri dari 6 - 16 biji, dapat mengapung,
penyebaran biji oleh arus air, dikenal sebagai Puzzle Fruit
|
LAIN-LAIN
|
|
Spesies
yang mirip
|
X.
moluccensis, X. rumphii
|
Habitat
|
tepi
singai, di mangrove bagian dalam dengan salinitas rendah
|
e) Luas dan penyebaran
Hutan mangrove dapat tersebar luas
dan tumbuh rapat mulut sungai besar di daerah tropis, tetapi didaerah pesisir
pantai pegunungan, hutan mangrove tumbuh di sepanjang garis pantai yang
terbatas dan sempit. Perluasan hutan mangrove banyak dipengaruhi oleh topografi
daerah pedalaman. Penyebaran beberapa spesies mangrove terdapat di sekitar
ekuator antara 32 o LU dan 38 o LS, pada iklim A,B,C dan D dengan nilai Q yang
bervariasi. Semakin jauh dari ekuator spesies mangrove semakin sedikit dan
pohonnya semakin kecil. Lokasi mangrove paling utara adalah di bagian tenggara
pulau Kyushu, Jepang, dimana hanya ditemukan satu spesies saja (Kandelia
candel), sedangkan lokasi paling selatan adalah bagian utara Selandia Baru
dimana hanya teridentifikasi satu spesies yaitu Avicenia marina.(http://www.mangrovecentre.or.id)
a) Khasiat Mangrove
Manfaat secara tradisi yang lain dari tumbuhan mangrove
adalah sebagai sumber bahan obat-obatan. Beberapa jenis mangrove mengandung
bahan aktif yang dapat menyembuhkan berbagai penyakit. Salah satunya Xylocarpus
granatum dan Xylocarpus moluccensis
Bijinya dapat digunakan secara oral untuk menyembuhkan diare dan kolera. Air ekstraknya digunakan untuk pembersih luka.
Bijinya dapat digunakan secara oral untuk menyembuhkan diare dan kolera. Air ekstraknya digunakan untuk pembersih luka.