
PENDAHULUAN
I.1 Latar Belakang
Hidup sehat merupakan impian
semua orang. Namun, kenyataanya kondisi lingkungan sekitar semakin memburuk, hal
ini menyebabkan semakin banyak muncul berbagai jenis penyakit. Terutama pada
lingkungan yang kurang bersih. Salah satunya adalah penyakit diare. Faktanya,
diare merupakan penyakit yang disebabkan oleh bakteri Escherichia coli. Escherichia
coli merupakan salah satu bakteri yang dibutuhkan dalam pencernaan. Tetapi,
dengan munculnya strain baru menyebabkan bakteri ini membahayakan bagi makhluk
hidup, terlebih apabila jumlahnya
melebihi batas normal dalam pencernaan. Di Indonesia, diare merupakan penyebab
kematian nomor 2 pada balita serta nomor 5 pada semua umur (survey kesehatan
rumah tangga di indonesia, http://pogama.ugm.ac.id).
Berbagai cara dilakukan guna mengobati penyakit tersebut. Namun, saat ini
banyak masyarakat memilih pengobatan alami yang lebih memiliki sedikit efek
samping. Dalam pengobatan tradisional di Indonesia sendiri, pemanfaatan Psidium
guajava atau jambu biji sebagai obat diare telah ada sejak lama. Pemanfaatan
tanaman ini berupa daun, kulit batang maupun akarnya. Pada dasarnya setiap
bagian tumbuhan kemungkinan berpotensi dalam pengobatan diare karena mengandung
tanin yang merupakan senyawa fenol yang bekerja sabagai antiseptik pada
bakteri. Tetapi tidak semua kandungan tanin pada bagian tubuh tumbuhan jambu biji
ini sama.
Oleh sebab itu peneliti ingin membandingkan efektifitas kerja antibakterial
pada setiap bagian tubuh pada tumbuhan jambu biji terhadap Eschericia coli
dengan mengidentifikasi senyawa tanin di setiap bagian tumbuhan jambu biji untuk
memaksimalkan manfaat penggunaan tanaman jambu biji sebagai obat diare.
I.2 Identifikasi
Masalah
Berdasarkan latar belakang tersebut maka dibuatlah identifikasi masalah
sebagai berikut:
1.
Bagaimana membuat ekstrak daun dan kulit batang jambu biji?
2.
Bagaimana
menguji kandungan tanin ekstrak daun dan kulit batang jambu biji?
3.
Bagaimana
penggolongan kandungan tanin pada ekstrak daun dan kulit batang jambu biji?
4.
Bagaimana
pengujian daya hambat (antimikrobia) tanin terhadap Escherichia coli dan
Staphylococcus aureus?
5.
Bagaimana
pengaruh tanin pada ekstrak daun dan kulit batang jambu biji terhadap daya
hambat Escherichia coli?
I.3 Rumusan
Masalah
1.
Bagaimana
perbedaan kandungan tanin pada daun dan kulit batang jambu biji?
2.
Bagaimana
efektifitas pemanfaatan ekstrak daun dan kulit batang jambu biji sebagai obat
untuk menyembuhkan diare?
I.4 Tujuan
Penelitian
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui efektifitas antibakteri dari
simplisia yang berbeda, yaitu ekstrak daun dan kulit batang jambu biji dalam
menghambat pertumbuhan Escherichia coli dan Staphylococcus aureus.
I.5 Manfaat Penelitian
Manfaat dari penelitian yang dilakukan adalah sebagai berikut:
1.
Manfaat
Untuk Pribadi :
Menambah
wawasan dan pengalaman dalam melakukan penelitian serta melatih diri peneliti
untuk mencoba bereksperimen dengan sesuatu yang baru. Melatih peneliti untuk
bersikap ilmiah dan memperhatikan lingkungan sekitar.
2.
Manfaat
Untuk Masyarakat :
Pembaca
mendapatkan alternatif pengobatan gangguan pencernaan dan menjadi solusi dalam memaksimalkan pemanfaatan tanaman jambu
biji sebagai obat alami penyakit diare.
3.
Manfaat
Untuk Lembaga :
Memaksimalkan pemanfaatan tanaman jambu mede
sebagai obat alami penyakit diare.
KAJIAN
TEORI
II.1. Psidium guajava
Guava (Psidium guajava) adalah
tanaman tropis yang berasal dari Brazil. Jambu biji tersebar ke Indonesia
melalui Thailand. Jambu biji memiliki buah yang hijau dengan daging buah putih
ataupun merah. Jambu biji terutama jambu biji merah mengandung vitamin A yang
tinggi, juga vitamin B1 (tiamina), vitamin B2 (riboflavin).
1.
Kalsifikasi :
Kingdom: Plantae
Subkingdom: Tracheobionta
Super Division: Spermatophyta
Division: Magnoliophyta
Class: Magnoliopsida
Sub Class: Rosidae
Order: Myrtales
Family: Myrtaceae
Genus: Psidium
Spesies: Psidium guajava L.
Subkingdom: Tracheobionta
Super Division: Spermatophyta
Division: Magnoliophyta
Class: Magnoliopsida
Sub Class: Rosidae
Order: Myrtales
Family: Myrtaceae
Genus: Psidium
Spesies: Psidium guajava L.
(Diunduh dari http://www.plantamor.com
pada Miinggu, 26 Juni 2011 jam 19:07)
2.
Kandungan
Kimia
Buah, daun dan kulit batang jambu biji mengandung tanin,
namun pada bunga tidak terdapat banyak tanin.
3.
Kegunaan
Daun, akar dan kulit
batang dapat digunakan sebagai disinfektan dan antiseptik karena mengandung
tanin yang merupakan senyawa fenolik yang bersifat antimikrobia.
II.2. Tanin
Tanin merupakan senyawa
organik yang memiliki senyawa komplek folifenol, tersusun dari unsur C, O, dan
H dan molekul lainnya. Tanin dapat ditemukan pada daun, kulit batang, dan akar.
(Diunduh dari http://digilib.biologi.lipi.go.id/view.html
pada Selasa, 4 Januari 2011 pukul 18.28)
1.
Mengidentifikasi
golongan tanin
a.
Catechol Tannins memiliki dua gugus
fenol. Jika simplisia mengandung tanin ini maka warna simplisia akan berubah
setelah penetesan FeCl3 menjadi hijau dan memiliki endapan merah muda setelah
penambahan senyawaformaldehida dan HCl (2:1) setelah dipanaskan pada penangas
air, dan akan terbentuk endapan saat ditambahkan larutan Br.
b.
Pirogalotanin Tannins memiliki
tiga gugus fenol. Jika simplisia mengandung tanin ini maka warna simplisia akan
berubah setelah penetesan FeCl3 menjadi biu kehitaman dan tidak memiliki
endapan merah muda setelah penambahan senyawaformaldehida dan HCl (2:1) setelah
dipanaskan pada penangas air, dan tidak akan terbentuk endapan saat ditambahkan
larutan Br.
(Diunduh
dari http://www.scribd.com/mobile/documents/44498739
Identifikasi Golongan Tanin pada
Minggu, 26 Juni 2011 jam 19:15)
2.
Test
of Tannins
a.
Tes
kualitatif:
§ Dengan
FeCl3, jika ada tanin maka akan ada
perubahan warna menjadi hijau atau biru kehitaman pada simplisia setelah
penetesan FeCl3.
§ Dengan
Kalium Ferrisianida ditambah Amonia, jika mengandung tanin maka akan ada
perubahan warna menjadi cokelat pada simplisia setelah penambahan Kalium
Ferrisianida ditambah Amonia
§ Dengan
Formaldehide ditambah HCl (2:1)
b.
Tes kuantitatif
§
Analisa umum pada senyawa
fenol
§
Analisa dasar dari gugus fenol
§
Metode presipitasi dengan
protein (Hangerman, 2002)
(Diunduh
dari http://www.scribd.com/mobile/documents/16766643
Uji Fitokomia pada Minggu, 26
Juni 2011 jam 19:15)
3.
Fenol
Rumus kimia C6H5OH dan
memiliki gugus hidroksil (-OH). Fenol digunakan untuk antiseptik saat operasi
pembedahan oleh Sir Joseph Lister. Fenol merupakan komponen penting pada
antiseptik seperti Triclorophenol (TCP).
II.3. Antimikroba
Zat antimikroba adalah senyawa yang dapat
membunuh atau menghambat pertumbuhan mikroorganisme. Zat antimikroba dapat
bersifat membunuh mikroorganisme (microbicidal) atau menghambat
pertumbuhan mikroorganisme (microbiostatic). Disinfektan yaitu suatu
senyawa kimia yang dapat
menekan pertumbuhan mikroorganisme pada permukaan benda mati seperti meja,
lantai dan pisau bedah. Adapun antiseptik adalah senyawa kimia yang digunakan
untuk menekan pertumbuhan mikroorganisme pada jaringan tubuh, misalnya kulit.
Efisiensi dan efektivitas antiseptik dipengaruhi oleh beberapa faktor.
Ada banyak hal yang mempengaruhi kerja dari
antimikroba. Hal ini sesuai dengan yang dinyatakan oleh Sarles, Frazier,
Wilson, dan Knight (1956 dalam Sunarya, 2001) adalah sebagai berikut:
1.
Intensitas
Pada intensitas atau konsentrasi yang tinggi,
antimikroba bekerja dalam waktu yang singkat, tetapi pada konsentrasi yang
rendah desinfektan memerlukan waktu yang lama dalam membunuh mikroorganisme.
2. Jumlah
mikroorganisme
Menghambat atau membunuh mikroorganisme dalam
jumlah banyak lebih sulit daripada yang jumlah sedikit. Hal ini disebabkan oleh
salah satu atau kedua faktor, yaitu kuantitas bahan yang menjadi penghambat
atau pembunuh sel-sel dalam jumlah banyak, dan pencampuran populasi yang
memunculkan tipe resisten dalam banyak sel dibandingkan dalam sedikit sel.
3. Macam
organisme
Beberapa mikroorganisme sangat mudah dihambat atau
dibunuh, sedangkan yang lainnya menjadi resisten. Pada umumnya, spora pada
bakteri yang berspora lebih resisten daripada sel vegetatif dan jenis yang
berkapsul lebih sulit dihambat dan dibunuh daripada jenis yang tidak berkapsul.
II.4. Bakteri Uji
a.
Esherichia
coli
Menurut Kenneath (2008), Escherichia coli termasuk dalam
famili Enterobacteriaceae yang termasuk gram negatif dan berbentuk batang.
Bakteri ini mempunyai kisaran suhu pertumbuhan 300C-400C. Esherichia coli
hidup dalam jumlah besar di dalam usus manusia, yaitu membantu sistem
pencernaan manusia dan melindunginya dari bakteri patogen. Akan tetapi pada
strain baru dari Escherichia coli merupakan
patogen yang dapat menyebabkan infeksi enteropatogenik, seperti:
Enterotoxigenic E. coli (EPEC), Enterohemorrahagic E. coli (EHEC),
Enteroinvasive E. coli (EIEC), dan Enteroagrogative E. coli (EAEC) (Supardi dan
Sukamto, 1998). ETEC sering menyebabkan penyakit diare. Peranan yang
mengguntungkan adalah dapat dijadikan percobaan limbah di air, indikator pada
level pencemaran air serta mendeteksi patogen pada feses manusia yang
disebabkan oleh Salmonella typhi (Mikrolibrary,
2008 dalam Fajriana, 2008).
Domain:
|
|
Filum:
|
|
Kelas:
|
|
Ordo:
|
|
Famili:
|
|
Genus:
|
|
Spesies:
|
Esherichia coli
|
(Diunduh dari http://wikipedia.org pada Minggu, 26 Juni 2011 pukul 19.45)
Infeksi coli berasal dari:
·
Makan
daging sapi setengah matang (di dalam merah muda)
·
Minum
yang tercemar (tidak murni) air
·
Minum
yang tidak dipasteurisasi (mentah) susu
·
Bekerja
dengan ternak
(Diunduh dari http://familydoctor.org pada Minggu, 26
Juni 2011 pukul 20.00)
b.
Staphylococcus
aureus
Staphylococcus
aureus termasuk ke dalam suku Microccaceae. Bakteri ini bersifat gram positif,
berbentuk bulat tersusun seperti anggur dan pada kondisi tertentu dapat
membentuk satu sel, dua sel, atau membentuk rantai. Hidup secara aerobik ataupun
anaerobik fakultatif. Sifat lainnya adalah non motil, tidak membentuk spora dan
bersifat katalase positif (Fardiaz, 1983).
Suhu
optimum untuk pertumbuhan Staphylococcus aureus adalah 35-370C, dengan suhu
minimum 6,70C dan suhu maksimum 45,50C. Dinding sel Staphylococcus aureus
mengandung 3 komponen utama, yaitu peptidoglikan, asam tiokoat dan protein A
yang berikatan secara kovalen dengan peptidoglikan. Staphylococcus aureus
ditemukan pada kulit dan membran mukosa hewan berdarah pana. Selain itu ditemukan
juga pada permukaan kulit manusia (Baid-Parker, 2000).
Staphylococcus
aureus bersifat patogen. Bakteri ini sering mengkontaminasi dan dapat
menimbulkan racun pada bahan pangan seperti daging sapi dan ayam, udang kupas,
susu (Murray dkk., 1984; Gupte, 1990. Staphylococcus aureusdapat memproduksi
enterotoksin yang akan menyebabkan penyakit jika dikonsumsi manusia.
Enterotoksin yang dihasilkan bersifat tahan panas dimana ketahanan panasnya
melebihi sel vegetatifnya. Enterotoksin diproduksi pada suhu antara 100-4600C,
optimum pada 400-450C (Jay, 1978).
Keracunan
makanan yang tercemar oleh Staphylococcus aureus bersifat intoksifikasi, dengan
gejala meliputi mual, keram perut, dan diare. Gejala tersebut muncul 1-8 jam
setelah enterotoksin masuk ke dalam tubuh (Prescott dkk., 2003).
Tidak ada komentar:
Posting Komentar