Jumat, 20 April 2012

Efektifitas Daya Hambat Tanin terhadap Bakteri








PENDAHULUAN

I.1 Latar Belakang

                Hidup sehat merupakan impian semua orang. Namun, kenyataanya kondisi lingkungan sekitar semakin memburuk, hal ini menyebabkan semakin banyak muncul berbagai jenis penyakit. Terutama pada lingkungan yang kurang bersih. Salah satunya adalah penyakit diare. Faktanya, diare merupakan penyakit yang disebabkan oleh bakteri Escherichia coli. Escherichia coli merupakan salah satu bakteri yang dibutuhkan dalam pencernaan. Tetapi, dengan munculnya strain baru menyebabkan bakteri ini membahayakan bagi makhluk hidup,  terlebih apabila jumlahnya melebihi batas normal dalam pencernaan. Di Indonesia, diare merupakan penyebab kematian nomor 2 pada balita serta nomor 5 pada semua umur (survey kesehatan rumah tangga di indonesia, http://pogama.ugm.ac.id).
Berbagai cara dilakukan guna mengobati penyakit tersebut. Namun, saat ini banyak masyarakat memilih pengobatan alami yang lebih memiliki sedikit efek samping. Dalam pengobatan tradisional di Indonesia sendiri, pemanfaatan Psidium guajava atau jambu biji sebagai obat diare telah ada sejak lama. Pemanfaatan tanaman ini berupa daun, kulit batang maupun akarnya. Pada dasarnya setiap bagian tumbuhan kemungkinan berpotensi dalam pengobatan diare karena mengandung tanin yang merupakan senyawa fenol yang bekerja sabagai antiseptik pada bakteri. Tetapi tidak semua kandungan tanin pada bagian tubuh tumbuhan jambu biji ini sama.
Oleh sebab itu peneliti ingin membandingkan efektifitas kerja antibakterial pada setiap bagian tubuh pada tumbuhan jambu biji terhadap Eschericia coli dengan mengidentifikasi senyawa tanin di setiap bagian tumbuhan jambu biji untuk memaksimalkan manfaat penggunaan tanaman jambu biji sebagai obat diare.

I.2 Identifikasi Masalah
Berdasarkan latar belakang tersebut maka dibuatlah identifikasi masalah sebagai berikut:
1.    Bagaimana  membuat ekstrak daun dan kulit batang jambu biji?
2.    Bagaimana menguji kandungan tanin ekstrak daun dan kulit batang jambu biji?
3.    Bagaimana penggolongan kandungan tanin pada ekstrak daun dan kulit batang jambu biji?
4.    Bagaimana pengujian daya hambat (antimikrobia) tanin terhadap Escherichia coli dan Staphylococcus aureus?
5.    Bagaimana pengaruh tanin pada ekstrak daun dan kulit batang jambu biji terhadap daya hambat Escherichia coli?

I.3 Rumusan Masalah
1.       Bagaimana perbedaan kandungan tanin pada daun dan kulit batang jambu biji?
2.       Bagaimana efektifitas pemanfaatan ekstrak daun dan kulit batang jambu biji sebagai obat untuk menyembuhkan diare?

I.4 Tujuan Penelitian
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui efektifitas antibakteri dari simplisia yang berbeda, yaitu ekstrak daun dan kulit batang jambu biji dalam menghambat pertumbuhan Escherichia coli dan Staphylococcus aureus.

I.5 Manfaat  Penelitian
Manfaat dari penelitian yang dilakukan adalah sebagai berikut:
1.    Manfaat Untuk Pribadi :
      Menambah wawasan dan pengalaman dalam melakukan penelitian serta melatih diri peneliti untuk mencoba bereksperimen dengan sesuatu yang baru. Melatih peneliti untuk bersikap ilmiah dan memperhatikan lingkungan sekitar.
2.    Manfaat Untuk Masyarakat :
      Pembaca mendapatkan alternatif pengobatan gangguan pencernaan dan menjadi solusi  dalam memaksimalkan pemanfaatan tanaman jambu biji sebagai obat alami penyakit diare.
3.    Manfaat Untuk Lembaga :
Memaksimalkan pemanfaatan tanaman jambu mede sebagai obat alami penyakit diare.

KAJIAN TEORI

II.1. Psidium guajava

Guava (Psidium guajava) adalah tanaman tropis yang berasal dari Brazil. Jambu biji tersebar ke Indonesia melalui Thailand. Jambu biji memiliki buah yang hijau dengan daging buah putih ataupun merah. Jambu biji terutama jambu biji merah mengandung vitamin A yang tinggi, juga vitamin B1 (tiamina), vitamin B2 (riboflavin).
1.              Kalsifikasi :
Kingdom: Plantae
                Subkingdom: Tracheobionta
                Super Division: Spermatophyta
            Division: Magnoliophyta
            Class: Magnoliopsida
            Sub Class: Rosidae
            Order: Myrtales
            Family: Myrtaceae
            Genus: Psidium
            Spesies: Psidium guajava L.
(Diunduh dari http://www.plantamor.com pada Miinggu, 26 Juni  2011 jam 19:07)
2.              Kandungan Kimia
Buah, daun dan kulit batang jambu biji mengandung tanin, namun pada bunga tidak terdapat banyak tanin.

3.              Kegunaan
Daun, akar dan kulit batang dapat digunakan sebagai disinfektan dan antiseptik karena mengandung tanin yang merupakan senyawa fenolik yang bersifat antimikrobia.

II.2. Tanin

Tanin merupakan senyawa organik yang memiliki senyawa komplek folifenol, tersusun dari unsur C, O, dan H dan molekul lainnya. Tanin dapat ditemukan pada daun, kulit batang, dan akar.
 (Diunduh dari http://digilib.biologi.lipi.go.id/view.html pada Selasa, 4 Januari 2011 pukul 18.28)
1.              Mengidentifikasi golongan tanin
a.              Catechol Tannins memiliki dua gugus fenol. Jika simplisia mengandung tanin ini maka warna simplisia akan berubah setelah penetesan FeCl3 menjadi hijau dan memiliki endapan merah muda setelah penambahan senyawaformaldehida dan HCl (2:1) setelah dipanaskan pada penangas air, dan akan terbentuk endapan saat ditambahkan larutan Br.
b.             Pirogalotanin Tannins memiliki tiga gugus fenol. Jika simplisia mengandung tanin ini maka warna simplisia akan berubah setelah penetesan FeCl3 menjadi biu kehitaman dan tidak memiliki endapan merah muda setelah penambahan senyawaformaldehida dan HCl (2:1) setelah dipanaskan pada penangas air, dan tidak akan terbentuk endapan saat ditambahkan larutan Br.
(Diunduh dari http://www.scribd.com/mobile/documents/44498739 Identifikasi Golongan Tanin  pada Minggu, 26 Juni  2011 jam 19:15)
2.              Test of Tannins
a.              Tes kualitatif:
§  Dengan FeCl3, jika ada tanin maka akan ada perubahan warna menjadi hijau atau biru kehitaman pada simplisia setelah penetesan FeCl3.
§  Dengan Kalium Ferrisianida ditambah Amonia, jika mengandung tanin maka akan ada perubahan warna menjadi cokelat pada simplisia setelah penambahan Kalium Ferrisianida ditambah Amonia
§  Dengan Formaldehide ditambah HCl (2:1)
b.             Tes kuantitatif
§    Analisa umum pada senyawa fenol
§    Analisa dasar dari gugus fenol
§    Metode presipitasi dengan protein (Hangerman, 2002)
(Diunduh dari http://www.scribd.com/mobile/documents/16766643 Uji Fitokomia  pada Minggu, 26 Juni  2011 jam 19:15)
3.              Fenol
Rumus kimia C6H5OH dan memiliki gugus hidroksil (-OH). Fenol digunakan untuk antiseptik saat operasi pembedahan oleh Sir Joseph Lister. Fenol merupakan komponen penting pada antiseptik seperti Triclorophenol (TCP).

II.3. Antimikroba

Zat antimikroba adalah senyawa yang dapat membunuh atau menghambat pertumbuhan mikroorganisme. Zat antimikroba dapat bersifat membunuh mikroorganisme (microbicidal) atau menghambat pertumbuhan mikroorganisme (microbiostatic). Disinfektan yaitu suatu senyawa kimia yang dapat menekan pertumbuhan mikroorganisme pada permukaan benda mati seperti meja, lantai dan pisau bedah. Adapun antiseptik adalah senyawa kimia yang digunakan untuk menekan pertumbuhan mikroorganisme pada jaringan tubuh, misalnya kulit. Efisiensi dan efektivitas antiseptik dipengaruhi oleh beberapa faktor.
Ada banyak hal yang mempengaruhi kerja dari antimikroba. Hal ini sesuai dengan yang dinyatakan oleh Sarles, Frazier, Wilson, dan Knight (1956 dalam Sunarya, 2001) adalah sebagai berikut:
1.             Intensitas
Pada intensitas atau konsentrasi yang tinggi, antimikroba bekerja dalam waktu yang singkat, tetapi pada konsentrasi yang rendah desinfektan memerlukan waktu yang lama dalam membunuh mikroorganisme.
2.         Jumlah mikroorganisme
Menghambat atau membunuh mikroorganisme dalam jumlah banyak lebih sulit daripada yang jumlah sedikit. Hal ini disebabkan oleh salah satu atau kedua faktor, yaitu kuantitas bahan yang menjadi penghambat atau pembunuh sel-sel dalam jumlah banyak, dan pencampuran populasi yang memunculkan tipe resisten dalam banyak sel dibandingkan dalam sedikit sel.
3.         Macam organisme
Beberapa mikroorganisme sangat mudah dihambat atau dibunuh, sedangkan yang lainnya menjadi resisten. Pada umumnya, spora pada bakteri yang berspora lebih resisten daripada sel vegetatif dan jenis yang berkapsul lebih sulit dihambat dan dibunuh daripada jenis yang tidak berkapsul.

II.4. Bakteri Uji

a.              Esherichia coli
             Menurut Kenneath (2008), Escherichia coli termasuk dalam famili Enterobacteriaceae yang termasuk gram negatif dan berbentuk batang. Bakteri ini mempunyai kisaran suhu pertumbuhan 300C-400C.  Esherichia coli hidup dalam jumlah besar di dalam usus manusia, yaitu membantu sistem pencernaan manusia dan melindunginya dari bakteri patogen. Akan tetapi pada strain baru dari Escherichia coli merupakan patogen yang dapat menyebabkan infeksi enteropatogenik, seperti: Enterotoxigenic E. coli (EPEC), Enterohemorrahagic E. coli (EHEC), Enteroinvasive E. coli (EIEC), dan Enteroagrogative E. coli (EAEC) (Supardi dan Sukamto, 1998). ETEC sering menyebabkan penyakit diare. Peranan yang mengguntungkan adalah dapat dijadikan percobaan limbah di air, indikator pada level pencemaran air serta mendeteksi patogen pada feses manusia yang disebabkan oleh Salmonella typhi (Mikrolibrary, 2008 dalam Fajriana, 2008).


Domain:
Filum:
Kelas:
Ordo:
Famili:
Genus:
Spesies:
Esherichia coli












(Diunduh dari http://wikipedia.org pada Minggu, 26 Juni 2011  pukul 19.45)
Infeksi coli berasal dari:
·       Makan daging sapi setengah matang (di dalam merah muda)
·       Minum yang tercemar (tidak murni) air
·       Minum yang tidak dipasteurisasi (mentah) susu
·       Bekerja dengan ternak
(Diunduh dari http://familydoctor.org pada Minggu, 26 Juni 2011 pukul 20.00)
b.             Staphylococcus aureus
             Staphylococcus aureus termasuk ke dalam suku Microccaceae. Bakteri ini bersifat gram positif, berbentuk bulat tersusun seperti anggur dan pada kondisi tertentu dapat membentuk satu sel, dua sel, atau membentuk rantai. Hidup secara aerobik ataupun anaerobik fakultatif. Sifat lainnya adalah non motil, tidak membentuk spora dan bersifat katalase positif (Fardiaz, 1983).
             Suhu optimum untuk pertumbuhan Staphylococcus aureus adalah 35-370C, dengan suhu minimum 6,70C dan suhu maksimum 45,50C. Dinding sel Staphylococcus aureus mengandung 3 komponen utama, yaitu peptidoglikan, asam tiokoat dan protein A yang berikatan secara kovalen dengan peptidoglikan. Staphylococcus aureus ditemukan pada kulit dan membran mukosa hewan berdarah pana. Selain itu ditemukan juga pada permukaan kulit manusia (Baid-Parker, 2000).
             Staphylococcus aureus bersifat patogen. Bakteri ini sering mengkontaminasi dan dapat menimbulkan racun pada bahan pangan seperti daging sapi dan ayam, udang kupas, susu (Murray dkk., 1984; Gupte, 1990. Staphylococcus aureusdapat memproduksi enterotoksin yang akan menyebabkan penyakit jika dikonsumsi manusia. Enterotoksin yang dihasilkan bersifat tahan panas dimana ketahanan panasnya melebihi sel vegetatifnya. Enterotoksin diproduksi pada suhu antara 100-4600C, optimum pada 400-450C (Jay, 1978).
             Keracunan makanan yang tercemar oleh Staphylococcus aureus bersifat intoksifikasi, dengan gejala meliputi mual, keram perut, dan diare. Gejala tersebut muncul 1-8 jam setelah enterotoksin masuk ke dalam tubuh (Prescott dkk., 2003).

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Pages

Mengenai Saya

Foto saya
Jakarta Selatan, Jakarta, Indonesia